sekedar posting sebuah postingan dari blog lama gue. udah lama banget nih, sekitar 3 tahun yang lalu. gaya bahasanya beda sama yang sekarang.oke, cekidot..
Hari
itu, kamis 25 Juni 2009, pagi yang cerah dan mentari tersenyum
menyapaku. Aku tiba di kampus setelah 10 menit berjalan kaki dari
kost-an ku. Didepan gedung fisip sudah ada beberapa orang yang
berkumpul. Satu buah bis juga sedang menunggu kedatangan para mahasiswa
jurusan Ilmu Pemerintahan dan Ilmu Administrasi Negara yang akan pergi
ke Gedung Arsip Nasional dan Museum Fatahilah di Jakarta. Ya, hari ini
kami akan study tour untuk memperdalam ilmu dalam mata kuliah Sejarah Pemerintahan Indonesia.
Aku pun berbaur dengan teman-temanku yang sudah duluan datang. Kami
menunggu anak-anak yang belum datang sambil mengobrol. Beberapa menit
kemudian satu persatu mereka berdatangan sampai semuanya telah datang.
Upacara pelepasan dilaksanakan dengan sederhana yang di pimpim oleh
Dekan Fisip Bapak Aos Koswandi untuk memberikan sedikit pesan dan
wejangan kepada anak didiknya sebelum meninggalkan kampus. Kami pergi
bersama dosen pembimbing kami yaitu Ibu Eni dan Pak Andi.
Kami
pun naik kedalam bis yang berisikan kurang lebih 30 kursi, lengkap
dengan pendingin ruangan serta satu buah televisi. Bis yang merupakan
milik universitas ini terbilang masih sangat baik kondisinya serta
nyaman. dan sesaat kemudian berangkatlah rombongan kami meninggalkan
kampus Unisma Bekasi. Dalam perjalanan kami saling bercanda, berbagi
cerita, ada juga yang tidur, mendengarkan musik, dan lain sebagainya.
Pada pukul 9.30 kami tiba di gedung arsip nasional atau disebut juga ARNI (Arsip Nasional Republik Indonesia). Kami pun masuk kedalam gedung yang jika kita lihat dari pintu masuk maka akan tampak di sebelah kanan ada diorama perjuangan Indonesia, kemudian ada semacam relief yang menggambarkan presiden Indonesia
dari pertama sampai yang sekarang, yang diatasnya bertuliskan “Senyuman
Indonesiaku”. Di depan pintu ada tempat penerimaan tamu atau
recepsionis dengan background patung burung garuda yang diapit oleh foto
presiden dan foto wakil presiden Indonesia.
Sementara di sebelah kanan terdapat miniature atau maket gedung arsip
serta plakat peresmian dan renovasi gedung arsip nasional. Ada
juga beberapa tempat duduk atau ruang tunggu. Karena pemandunya masih
melayani para pengunjung lain, maka kami pun menunggu sambil mengamati
benda benda yang ada diana. Tidak lupa juga kami mengabadikannya dengan
berfoto bersama.
Setelah
pengunjung lain telah selesai, kami pun diperbolehkan untuk naik ke
lantai dua. Dengan menaiki tangga. Ternyata di sini adalah tempat
pajangan foto-foto tentang perjuangan bangsa Indonesia sampai merdeka, kegiatan pemerintahan Indonesia
dari jaman dulu sampai sekarang. Dan banyak lagi foto-foto lainnya.
Kemudian aku dan anak-anak lainnya melihat-lihat dan membaca serta
mencatat semua informasi yang ada, dan yang tidak kalah pentingnya,
foto-foto bersama .Selanjutnya kami dipandu untuk memasuki ruangan yang
dipenuhi dengan kursi-kursi dan meja yang berjajar rapi seperti ruang
sidang. Dengan meja khusus untuk pembicara yang
berada di depan, leng kap dengan laptop, dan projector. Sebenarnya lebih
mirip ruang pertemuan atau ruang seminar, bisa juga ruang
rapat, atau yang sebagainya. Pemandu tadi pun membuka acara dengan
memberikan ucapan selamat datang pada rombongan kami, dan beliau
langsung mempersilahkan kami untuk menonton film pendek tentang gedung
arsip nasional sebagai gambaran awal kami untuk mengenal gedung arsip
nasional ini.
Setelah
lampu dimatikan, diputarlah film pendek tersebut. Segala informasi
mengenai gedung arip nasional mulai dari sejarahnya, kegunaan, proses
pengarsipan, dan lain sebagainya dijelaskan dalam film yang berdurasi
kurang lebih 10 menit ini. Banyak informasi dan pengetahuan yang dapat
diambil dari film tersebut.
Setelah
film selesai, datanglah seorang arsiparis bersama bapak Andi, dan
pemandu yang tadi yang bernama ibu Sri beliau menempati bangku didepan
yang untuk pembicara. Dimulai dengan memperkenalkan diri, bapak itu
bernama Langgeng. Beliau adalah seorang lulusan Sejarah. setelah
mengucapkan sambutannya, Bapak Langgeng kemudian menjelaskan
tentang koleksi-koleksi yang dimiliki oleh ANRI, macam-macamnya, serta
hal-hal lain yang lebih detail mengenai arsip nasional ini, khususnya
yang menyangkut tentang sejarah pemerintahan Indonesia. Sesi Tanya jawab dibuka setelah penjelasan
yang dibawakan oleh pak Langgeng selesai. Dan kunjungan di ruang ini
pun kami lengkapi dengan penyerahan tanda mata dari universitas dan
diakhiri dengan acara foto bersama.
Kemudian
dari ruangan itu, kami diperbolehkan masuk ke ruang baca atau
perpustakaan. Dialam ruang baca terdapat banyak buku tentang arsip,
sejarah, serta buku lainnya. Di sana
juga terdapat beberapa unit computer untuk mengakses informasi tentang
arsip. Dan koleksi yang dimilikinya. Sayang waktu kami terbatas, karena
kami juga akan melanjutkan perjalanan menuju museum fatahilah dan saat
itu waktu telah menunjukan sekitat pukul 12 siang. Keluar dari gedung A
kami foto bersama di halaman gedung ANRI, setelah itu kami menuju
mushola untuk sholat dzuhur.
Selesai
sholat kemudian kami menuju bis untuk makan siang. Karena lapar dan
capek kami pun makan dengan lahapnya. Setelah makan siang, perjalanan
pun dilanjutkan kembali. Kali ini menuju museum fatahilah, Jakarta
Barat. Perjalanan kali ini sepertinya rombongan sudah banyak yang capek,
apalagi sesudah makan pastinya semua terdiam di kursi masing-masing dan
banyak pula yang tertidur, hanya sedikit saja dari mereka yang masih
mengobrol dan bercanda. Cukup lama kami menempuh perjalanan ini.
Ditambah dengan macetnya lalu-lintas di Jakarta.
Setelah melewati kota
tua yang banyak sekali bangunan bangunan besar yang sudah tua dan
bernuansa eropa, beberapa menit kemudian kami pun tiba di Museum
Fatahilah. Museum ini berada dekat Stasiun Kota, Jakarta barat. Gedung yang memiliki luas halaman kira-kira 200 meter persegi dan di sana
banyak sepeda ontel yang disewakan untuk para pengunjung, serta tempat
yang sangat bagus untuk bersantai saat sore hari karena nuansanya yang
damai, dan bersahabat. Banyak pengunjung yang terdiri dari berbagai
usia, namun lebih banyak anak-anak muda yang sedang santai sore,
nongkrong bersama teman atu foto-foto di halaman gedung tersebut..
Sedangkan gedungnya terbilang sangat besar juga, dengan nuansa jaman
dulunya masih terasa kuat, tapi masih telihat kokoh. Kami pun langsung
masuk kedalam gedung museum. Setelah membayar karcis masuk museum,
kemudian kami di pandu oleh seorang pemandu bersafari warna biru tua,
seorang laki-laki tua dengan kumis baplang sepeperti pak raden, dan
kulit sawo busuk, serta perawakan yang tinggi kurus, wajahnya tidak
kalah sangar dengan ketua KPK nonaktif, Antasari Azhar. Dia kelihatannya sudah lama menjadi pemandu wisata di rumah tua tersebut.
Kami
kemudian diajak menuju suatu tempat yang di dindingnya terdapat papan
besar bertuliskan bahasa belanda. Pak kumis itu kemudian membuka acara
wisata kami dengan mengucapkan selamat datang pada kami, mengenalkan
sejarah gedung tua tersebut, dan dijelaskan pula
arti tulisan yang ada di papan besar tersebut yang intinya berisi
tentang pembangunan dan peresmian gedung tersebut. Dari penjelasannya,
gedung ini dahulunya pernah dipakai untuk pengadilan, penjara bawah
tanah, basis pertahanan belanda di Jakarta,
serta pernah juga dijadikan tempat pembantaian orang-orang tionghoa
pada jaman dahulu. Bapak itu ternyata baik juga, dibalik muka sangarnya
terdapat selera humor yang tinggi. Dari situ kami diajak melihat penjara
bawah tanah, bahkan kami diajak memasuki penjara tersebut. Dalam
ruangan yang memiliki luas 6x3x1,68 tersebut sangat gelap, baunya tak
sedap, pengap dan panas, disana juga terdapat banyak sekali bola-bola
besi yang katanya adalah peluru meriam.
Setelah penjara bawah tanah kami menuju meriam besar yang dinamai “si Jagur”, sumur tua tempat dahulu dipakai untuk minum dan mandi oleh para tahanan, lalu masuk lagi ruangan yang banyak terdapat pernak-pernik lampu hias, naik keatas ada lukisan tentang penangkapan Pangeran Diponegoro, piring dan macam-macam keramik dari cina, kursi dan meja tempat pertemuan dan sidang, pedang yang dipakai untuk hukuman pancung, prasasti dari berbagai kerajaan di Indonesia, foto-foto dan lukisan jaman penjajahan, dan masih banyak lagi yang tidak bisa aku jelaskan di sini. Entah berapa ruangan yang kami kunjungi dalam gedung itu, dan entah berapa banyak koleksi museum yang kami lihat dan semuanya sangat berkesan dan menambah banyak pengetahuanku. Selama mengelilingi gedung ini tak heti-hentinya pak kumis itu membuat kami tertawa karena kejenakaannya dan tebak-tebakan konyolnya. Dan pastinya kami tidak mau melupakam momen di setiap ruangan, maka kami mengabadikannya dengan foto-foto.
Setelah penjara bawah tanah kami menuju meriam besar yang dinamai “si Jagur”, sumur tua tempat dahulu dipakai untuk minum dan mandi oleh para tahanan, lalu masuk lagi ruangan yang banyak terdapat pernak-pernik lampu hias, naik keatas ada lukisan tentang penangkapan Pangeran Diponegoro, piring dan macam-macam keramik dari cina, kursi dan meja tempat pertemuan dan sidang, pedang yang dipakai untuk hukuman pancung, prasasti dari berbagai kerajaan di Indonesia, foto-foto dan lukisan jaman penjajahan, dan masih banyak lagi yang tidak bisa aku jelaskan di sini. Entah berapa ruangan yang kami kunjungi dalam gedung itu, dan entah berapa banyak koleksi museum yang kami lihat dan semuanya sangat berkesan dan menambah banyak pengetahuanku. Selama mengelilingi gedung ini tak heti-hentinya pak kumis itu membuat kami tertawa karena kejenakaannya dan tebak-tebakan konyolnya. Dan pastinya kami tidak mau melupakam momen di setiap ruangan, maka kami mengabadikannya dengan foto-foto.
Sampai
akhirnya kami pun selesai menjelajahi seluruh isi museum ini. Dan
seperti biasa, penjelajahan ini kami akhiri dengan foto bersama.
Selanjutnya kami bebas bermain dulu sebelum pulang. Tapi kami hanya
duduk-duduk di tangga yang terdapat di depan gedung. Beberapa anak yang
lain sibuk foto-foto, ada juga yang membeli jajanan yang dijual
disekitar museum, dan juga ada yang mencari sasaran yaitu cewe’-cewe’.
Waktu menunjukan sekitar pukul 4.30 sore ketika kami di panggil oleh
anak yang lain untuk pulang. Kemudian kami pun berangkat untuk pulang
dalam perjalanan kali ini kami banyak membicarakan tentang kekonyolan
pak kumis tadi. Pasti ingin tertawa jika mengingatnya. Adajuga yang
saling berbagi cerita dan kesan mereka ketika di museum tersebut. Ada
yang bilang menyeramkan, mengasikkan, seru, menyesal karena hanya
sebentar, ada juga yang menceritakan pengalamannya tentang perkenalannya
dengan seorang gadis cantik yang
akhirnya sangat lucu sekali karena dia ternyata di cuekin oleh gadis
tersebut.
Anak itu memang bandel, dia tidak memperhatikan pemandu,
tetapi sibuk mencari sasaran yang tidak lain adalah gadis-gadis cantik.
Ada-ada saja, disaat anak-anak lain membicarakan benda-benda atau
koleksi dan sejarah tentang museum tersebut, dia malah membicarakan
cewek’. Ada
juga yang jahil mengerjai seorang teman kami sampai kami tertawa
terbahak-bahak, intinya semuanya merasa bahagia, gembira, dan suka ria
setelah melakukan study tour ini.
Rasa penat kami setelah beberapa bulan
belajar dan mengerjakan tugas-tugas seakan menguap. Kami tiba dikampus
pukul 18.05. seterlah sholat maghrib, anak cowo’ berencana untuk makan
bersama di sebuah cafe. Kami pun menuju kesana dan memesan ayam
rica-rica dan bihun goreng. Karena laparnya kami sampai berebut
bengambil lauknya. Kebersamaan yang indah dan nikmatnya makan bersama
teman-teman berakhir ketika makanan kami habis dan semua
berpisah untuk pulang ke rumah masing-masing, (tentunya setelah
membayar makanan kami) Tapi momen kali ini tidak kami akhiri dengan
foto-foto. Pekerjaan rumah dan tugas pun telah menyambut kami di rumah,
bersiap lagi untuk melanjutkan proses perkuliahan yang sangat
menjenuhkan, dan sebentar lagi UAS akan datang.
0 komentar:
Posting Komentar
please your comment here