Dear diary… (ceilah, so sweet
beud) haha.
Emm.., gue lagi pengen
sharing aja tentang pengalaman dari hal-hal kecil yang terjadi dalam hidup gue
(aseek). kemaren gue iseng-iseng buka folder koleksi foto pribadi dan akhirnya
nemu beberapa foto yang lumayan berkesan buat gue. foto itu diambil pada waktu
gue bersama sekitar dua puluh kawan satu kampus yang mewakili masing-masing
jurusan dan fakultas menghadiri seminar umum Presiden Amerika serikat
Barack Obama di kampus Universitas
Indonesia pada bulan November tahun 2010 silam.
Seperti yang kita ketahui
segala hal mengenai presiden Negara Adidaya Amerika Serikat selalu menarik
banyak perhatian dari dunia, termasuk Indonesia. Apalagi ketika tersiar kabar
bahwa Obama bakalan berkunjung ke Indonesia. Sontak masyarakat Indonesia ramai
memperbincangkan hal tersebut. Ada yang merespon positif dan banyak pula yang
memberikan respon negative. Terlebih presiden berkulit hitam itu isu-isunya
mempunyai keterkaitan dan kedekatan pribadi dengan Indonesia. Karena Sejarah
masa kecilnya yang pernah tinggal di
Indonesia serta memiliki ayah tiri seorang warga Negara Indonesia. Mungkin
karenanya Obama dianggap seolah anak rantau yang hendak pulang kampung. Tapi buat gue hal itu biasa-biasa aja, gak
rasional banget dalam benak gue. toh dia Cuma seorang kepala Negara yang memang
sudah menjadi kewajibannya untuk melaksanakan tugas Negara, salah satunya
mengunjungi Negara-negara sahabat dan melakukan hubungan kerjasama antar kedua
negara.
Gue juga mendengar berita
bahwa selain mengadakan pertemuan dengan presiden Indonesia Susilo Bambang
Yudhoyono dan melakukan beberapa kerjasama, Obama juga akan menyampaikan pidato
dalam seminar umum yang diadakan di kampus UI depok. Gue pikir Cuma orang-orang
tertentu doang yang bisa mengikuti acara tersebut. Katanya sih beberapa kampus
juga diundang, tapi kayanya gak mungkin deh kalo kampus gue. kalau pun iya,
mungkin hanya orang-orang yayasan dan rektorat yang menghadiri acara itu.
Pada malam hari sebelum acara
seminar umum itu, temen gue, Rian, ngasih kabar bahwa dia ditunjuk sama pihak
rektorat untuk turut serta dalam acara itu. Dia juga bilang kalau masih ada
satu kuota lagi karena ada satu orang yang batal ikut. Dia ngajak gue untuk
ikut ke UI. Tanpa pikir panjang, gue langsung mengiyakan. Maka datanglah gue ke
kampus setelah shubuh. Kami pun berkumpul. Banyak pula temen-temen yang gue
kenal yang ikut serta dalam rombongan. Setelah semua didaftar dan dikasih kartu
peserta seminar oleh pak Iwan, salah satu orang rektorat bidang kemahasiswaan,
maka berangkatlah kami dari kampus kami tercinta, Unisma Bekasi menuju kampus
UI Depok dengan menggunakan bis kampus.
Sebenarnya acara akan dimulai
pada pukul 9, tapi kami berangkat jam setengah 6 pagi untuk menghindari
kemacetan. Perjalanan kami pun terbilang lancar meskipun di beberapa tempat
masih menjumpai macetnya ibukota. Maklum aja lah. Memasuki daerah Depok,
beberapa jalur utama yang biasa dilalui kendaraan dikosongkan dan rute
dialihkan ke jalan lain dengan pengawasan polisi. Ini nggak lain karena kemungkinan
rencananya Obama bakalan lewat situ. Mendekati wilayah kampus UI, terlihat
beberapa orang bule berjas hitam, kemeja putih dengan dasi hitam serta alat
komunikasi yang menempel di telinga. Persis kaya’ agen FBI di film-film action
Hollywood. Mungkin inilah yang disebut paspampres Presiden Amerika yang
terkenal ‘perfect’ itu. Atau memang mereka agen CIA atau FBI. Gue yakin dibalik
jas mereka ada pistol yang bisa mereka guanakan jika terjadi hal-hal tertentu. Mereka
tersebar di beberapa titik dan di sepanjang jalan menuju gerbang kampus UI.
Kemudian bis kami pun mendekati gerbang kampus. Disana sudah menunggu beberapa
bule lain yang memeriksa bis dengan alat pendeteksi logam dan menyisir bagian
kolong bis. Setelah dinyatakan aman, bis melaju kembali. Beberapa meter setelah
melewati gerbang, bis dihentikan lagi. Sama seperti di depan gerbang tadi, bis
di periksa. Kali ini bukan hanya bagian bawah bis tapi juga salah satu personil
paspampres itu masuk kedalam bis dan memeriksa keadaan di dalam bis. Terlalu.
Dan setelah itu kita pun
melanjutkan perjalanan kembali menuju tempat diselenggarakannya acara yaitu di
Balairung. Sampailah kita disana. Semua turun dari bis.
Kita diinstruksikan untuk menunggu
di sebuah pelataran yang nampaknya sebuah jalan terbuat dari papink blok sebagai
akses menuju Balairung. Sudah banyak mahasiswa lain dari berbagai perguruan
tinggi yang sudah datang lebih dulu. Cukup lama kita menunggu disana. Mahasiswa
dari kampus lain pun berdatangan menambah sesak tempat itu. Berbagai macam
warna almamater bersatu disana. Ada juga yang mengenakan batik, setelan jas dan
lain sebagainya.
Setelah kira-kira satu jam
kita menunggu, akhirnya kita diperbolehkan untuk masuk kedalam gedung. Semua
orang mengantri. Beribu-ribu orang berjalan membentuk empat baris antrian
panjang. Gue berada dibarisan ketiga dari kanan. Berdesakan, berjalan perlahan,
dan bersabar. Matahari kian terik bersinar. Panas, sesak. Peluh bercucuran.
‘Sampe segininya pengen liat Obama’ celetuk temen gue waktu itu.
Ternyata setelah kian dekat,
barulah gue tahu kalo yang membuat antrian lama dan panjang itu karena setiap
orang harus diperiksa melalui pintu pemindai dan juga pemeriksaan manual oleh beberapa
agen atau paspampres. Ada dua oeang di tiap pintu. Satu orang meriksa peserta,
satu orang lagi meriksa barang bawaannya. Pemeriksaan keamanan berlapis. Orang-orang
negeri adidaya itu emang sangat penakut. Takut kalo ada penyusup, ada teroris
yang mau ngebunuh presidennya. Berlapis-lapis pengamanan dan pemeriksaan
dilakukannya. Dasar Amerika.
Satu demi satu orang di depan
gue diperiksa. Lancar, aman. Begitupun dengan barisan lain di kanan kiri gue. Lalu
giliran temen gue yang berada si depan gue. sesuai dengan instruksi, semua isi
kantong dikeluarkan, termasuk dompet dan handphone. kartu tanda peserta
diperlihatkan. Badan diperiksa dengan tongkat pemindai. Beres. Giliran gue. gue
pengen cepet-cepet keluar dari antrian ini. gue kasih dompet dan handphone gue.
juga kartu peserta. Setelah melewati pintu pemindai, gue diperiksa lagi. Om-om
yang meriksa gue item, badannya gagah berisi. gue yakin dia sering maen di
film-film holywood sebagai agen CIA. Tapi kalo kerjaannya Cuma meriksa orang
gini sih sama aja kaya’ security di mall-mall. Hampir sama dengan orang yang
meriksa dompet dan handpone gue. dari raut mukanya dia nampak keheranan dan
menunjukan insting bahaya ketika melihat handphon gue. ditelitinya handpon gue.
maklum waktu itu nokia 5070 kesayangan gue chasingnya lagi ancur. Keypadnya banyak
yang copot. Sebagian navigaton key nya gue lakban biar nggak acak-acakan.
Mungkin menurut analisisnya handpone itu bisa digunakan sebagai remote control
bom rakitan berdaya ledak tinggi yang udah di simpen di dalem Balairung, tepat
dibawah podium sang presiden. Adegan yang sering gue liat di film-film. Sekali
gue pencet tombolnya, BOOM!!. Haha, lucu gue ngeliatnya.
Gue juga diperiksa lama sama
si om security. Badan, kaki, selangkangan, pantat, ketek semua diraba-raba.
Gila, gue ngeri kalo jangan-jangan om ini seorang gay. Konon katanya gay lebih suka tipikal cowo yang imut-imut kaya
gue. hiiyy.. Tapi tiba-tiba, ‘tuit-tuit-tuit’ tongkat pemindai yang
dipake buat meriksa gue bunyi. Tepat disaku almamater sebelah kanan. Semua
perhatian orang-orang amerika itu tertuju ke gue. atau bahkan semua orang yang
ada disana juga.
“what this is??” Tanya si om
item sok galak.
Gue kaget bercampur takut. Serius.
gue takut kalo ada seseorang yang menyusupkan sesuatu kedalam saku almamater gue.
dan gue yang dituduh. Gue ngebayangin
diinterogasi sama FBI, disiksa, sebelum akhirnya ditahan di Guantanamo. Dengan
perlahan gue masukan tangan kedalam saku almamater, meraba sesuatu disana,
dan…dapat. Sebuah benda berbentuk bulat, dan gepeng. Apakah gerangan?, Gue
keluarin,eng-ing-eng…; koin gopean.! Hufh.., lega. Si om pun lega. Gue kirain
udahan, tapi dia masih menggeledah gue. giliran tangan gue, dari pundak, ketek,
siku, lengan, sampai pergelangan tangan. Dan, ‘Tuit-tuit-tuit’ Benda itu bunyi
lagi. Gue heran, apaan lagi sih?
‘Show me!’ bentak si om item
jelek bau ketek.
Gue liat ternyata kancing
alamamater yang terbuat dari seng berwarna emas yang bikin tongkat sialan itu
bunyi. Gue diliatin banyak orang. Sialan, Dasar American idiot gak tau diri.
Udah dateng kerumah orang malah gak sopan sama pribumi. takut lu sama orang
kecil kaya gue?, dasar cemen. gue pun dipersilahkan lanjut setelah handphone
sama dompet gue dikembaliin. Serius, gue pengen banget ngomomg sama tuh
manusia-manusia paranoid: “My name is Adi, and I’m NOT A TERRORIST!!, **shole!!.
Persis apa yang dikatakan syah rukh khan di film My Name Is Khan. Tapi di film
itu gak ada kata pamungkasnya.
Gue langsung menuju temen-temen
gue yang udah nunggu dari tadi.
“lama
banget sih?”
“tau
tuh orang gila, dikiranya gue teroris kali. Mentang-mentang gue keliatan cerdas.”
Kata gue cuek.
“udah
yuk, masuk aja langsung. Yang laen udah pada duluan”
Kita pun masuk ke Balairung,
berdesakan banget. kita nggak kebagian tempat duduk, dan akhirnya Cuma bisa
berdiri di belakang. Untungnya ada AC di belakang sini jadi bisa ngadem. Lagi
asik ngadem, si MC bilang kalo sebentar lagi acara dimulai. Dan beberapa saat
kemudian, datanglah pemimpin Negara Adikuasa itu lalu memasuki podium. Gemuruh
peserta bersorak dan bertepuk tangan. Lampu
kamera berkilatan. Gue liat ke depan, Nampak lah seorang laki-laki
kurus, tinggi, item, dengan rambut seadanya. Itu yang namanya Obama. Orang itu.
Orang yang selama ini Cuma bisa gue liat di tv. Seorang keturunan afro amerika
yang menjadi pemimpin Negara paling berpengaruh di dunia. Gara-gara dia gue
sampe digeledahin kaya’tadi. Tepuk tangan peserta juga teriakan histeris pun
menggema mana kala orang itu berkata; ‘sate.., bakso..’. Orang Indonesia memang mudah tersanjung dan terbawa
simpati jika bahasa atau kebudayaannya diucapkan oleh orang luar negeri.
apalagi yang bilang Presiden Amerika. Merasa
disanjung sampai kelangit. Ironis.
Bosan dengan pidato Obama,
gue ngadem lagi ke deket AC sama si Aris. Gue denger obrolan beberapa mahasiswa dari kampus lain yang lagi
ngomongin Obama.
“padahal
biasa aja ya orangnya” kata seorang cewek dengan baju batik dan rok hitam
selutut.
“Iya,
tapi gila aja kan, dari depan sampe sini pengamanannya super ketat.
Persiapannya juga udah dari sebulan yang lalu. Buat acara kaya gini doang”
cowok berambut gondrong rapi, berkemeja hitam.
“belum
lagi staf sama personel regu Air Force One yang siap siaga buat dia” temennnya
nambahin.
“parah
ya, dia udah kaya orang nomer satu di dunia..” si cewek tadi berstatement.
Singkat
cerita, setelah acara yang berlangsung sekitar setengah jam itu selesai, (gila
kan, Cuma setengah jam doang dia ngomong, kita nunggu hampir tiga jam), obama
pulang, dan kami pun pulang menuju kampus. (eh mampir dulu di warung bebek di
kawasan dewi sartika).
Keesokan harinya di kelas
Ilmu Perbandingan Administrasi Negara, dosen gue, pak Wahyu yang tau bahwa gue
ikut acara tersebut, bertanya sama gue, ‘apa yang bisa kamu share tentang Obama
kemarin?’ gue jawab: “dia adalah.. manusia setengah Dewa yang Cuma numpang
ngomong; ‘satee.., baksoo..’. abis itu pulang.”
Infonya Bermanfaat Gan, Terimakasih banyak Lain Kali saya kunjungi ke sini.
BalasHapus