Senin, 23 April 2012

Commuter Line


Sarana Transportasi umum terutama transportasi jalur darat di kota besar seperti Jakarta dan sekitarnya masih menuai banyak masalah dan kontroversi. Dari mulai armada yang kurang layak pakai, sarana jalan raya yang masih banyak kerusakan, kemacetan yang masih sulit diurai, sampai pada masalah moral dan pelecehan dalam angkutan umum.
Namun ada pula transportasi masal yang memiliki pelayanan yang baik seperti kereta api yang dikelola oleh PT Kereta Api Indonesia. Salah satunya dengan program commuter line untuk rute Jabodetabek. Dengan rute  tersebut penumpang kereta api dapat bepergian dengan menggunakan kereta api dengan tempat duduk yang nyaman, full AC, gerbong khusus wanita, serta akses yang terbilang cepat.

Ada pengalaman unik gue dengan commuter line tersebut.
Ceritanya tanggal 27 maret kemarin gue diajak temen gue imron, buat nemenin dia beli laptop di harco mangga dua. Sebetulnya hari itu rencananya mahasiswa akan mengadakan demo besar-besaran untuk memprotes kebijakan pemerintah yang berencana akan menaikan harga BBM di Jakarta khususnya Istana Negara. Gue sama imron juga sebenernya diajak kawan-kawan lain demo, tapi kita berpendapat bahwa udah nggak jaman lagi ikut begituan. Lagian demonstrasi seperti itu biasanya  berujung  dengan bentrok dan anarkisme mahasiswa yang notabene insan intelektual. Nggak substansial. Memang sih, untuk dapat didengar pemerintah, aspirasi dan tuntutan masyarakat kadang mesti dilakukan dengan cara yang lebih keras. Pemerintah sekarang juga terkesan terlalu “kotor” dalam menjalankan roda pemerintahan. Banyak terdapat politisasi dan kepentingan kelompok yang terselubung yang terdapat dalam setiap kebijakan. Gue bukannya nggak setuju dengan apa yang dilakukan kawan-kawan mahasiswa dan seluruh elemen masyarakat dalam aksi penolakan kenaikan harga BBM tersebut, hanya saja gue kurang simpatik jika aksi tersebut berakhir dengan anarkis.
Singkat cerita berangkatlah kita dari kosan gue menuju stasiun bekasi dengan menggunakan motor imron. Setelah menyimpan motor di tempat penitipan motor deket stasiun kita langsung membeli tiket jurusan bekasi- jakarta kota. Kebetulan udah ada kereta jurusan kota yang datang dan menunggu keberangkatan. Kita pun masuk. Ternyata kita udah keabisan tempat duduk. Tapi berdiripun gak jadi masalah. Gue berdiri di depan pintu bersandar di tiang kursi. dan gak lama kemudian kereta pun melaju. Setelah sekian lamanya kita berdiri akhirnya dapet juga tempat duduk setelah melewati stasiun manggarai. Ngga lama kemudian sampailah kita di stasiun kota. Dari kota selanjutnya kita menuju Harco mangga dua dengan menaiki angkot.
Setelah muter-muter harco selama setengah jam, kita pun memutuskan untuk membeli laptop di toko GMT dan imron menjatuhkan pilihannya pada Zyrex S500 warna merah. Setelah menunggu instalasi selama 1 setengah jam kita pun pulang. Dari harco kita jalan kaki ke stasiun kampong bandan. Kemudian setelah membeli teket untuk jurusan bekasi, kita menunggu kedatangan kereta.
Selagi kita menunggu kereta yang menuju bekasi, datang bapak-bapak berkumis yang duduk di samping imron. Kemudian dia bertanya: “mau kemana dek?”
“Ke bekasi pak” jawab imron.
“oh, iya ada sih tunggu aja”
“lama gak pak kira-kira?” Tanya imron
“lumayan sih, tapi kalo pengen cepet ke kota aja, jam segini biasanya udah ada tuh jurusan bekasi. Biasanya di jalur 10”
Kebetulan ada kereta jurusan kota yang lagi stand di stasiun kampong bandan.
“berarti naik dulu yang itu dong pak?” tanya imron sambil nunjuk kereta jurusan kota.
“iya, naik aja. ke kota dulu.” Kata bapak itu
“yaudah pak, makasih. Ayo di ke kota dulu aja” imron ngajak gue.
“ngga nunggu disini aja?”
“lama di, mendingan ke kota, cepet.”
Berangkatlah kita ke kota.
Sesampainya di stasiun kota, kita denger suara operator: “di jalur sepuluh, akan diberaangkatkan commuter line jurusan bekasi. “
Gue sama imron langsung lari menuju jalur 10 tempat kereta jurusan bekasi ngetem. Kitapun msuk, ketika melewati gerbong khusus wanita, imron langsung duduk di kursi yang masih kosong. “disini aja di, kosong.” Kata imron ngasih tempat ke gue.
“dodol, ini khusus cewek!” kata gue.
“oh masa sih di?”
“baca tuh” kata gue sambil nujuk tulisan di atas jendela kereta. ‘KERETA KHUSUS WANITA’
“eh,iya ya” sambil bangun dari duduknya.
Gue jadi inget waktu dulu. Gue juga pernah ngalamin hal yang persis dialami imron. Sekitar setahun yang lalu di stasiun ini juga. Malu banget rasanya. Diliatin ibu-ibu, mbak-mbak sama neng-neng. Dengan tatapan ‘ngapain lu disini’. huffh.  
Kita pu nyari tempat duduk di gerbong lain, Alhamdulilah masih kebagian tempat duduk. Nggak lama kemudian kereta pun berangkat. Waktu udah nunjukin jam setengah 5 sore.
Ketika di gambir, kereta melambat karena akan  berhenti di stasiun gambir. Dan ketika kereta berhenti gue liat melalui jedela yang ada di hadapan gue, di jalanan massa bentrok dengan polisi. Mahasiswa yang terdiri dari berbagai perguruan tinggi dengan bendera organ intra dan ekstra kampus berhadapan dengan polisi anti huru-hara bersenjatakan tameng dan pentungan serta senjata api. sesekali menembakan gas airmata. Ledakan keras beberapa kali menggelegar membelah kota. Asap putih tebal menggumpal dan merebak dijalanan. Mahasiswa lari tunggang-langgang menyelamatkan diri dari kejaran polisi dan gas airmata. Gue liat ada mahasiswa yang terluka.  Gue merinding, Darah gue mendidih!, gak tega gue ngeliat kawan-kawan seperjuangan gue berjibaku dengan aparat polisi yang semena-mena. Gue seakan ada disana, gue bisa merasakan apa yang mereka rasakan. Kenangan dua tahun lalu kala aksi di depan Istana Negara mengkritisi pemerintahan SBY-Boediono pada peringatan setahun rezim itu berkuasa, kembali menyeruak diruang pikiran gue. Sejatinya, meskipun gue kurang setuju dengan aksi anarkis tersebut, namun tatkala melihat kawan-kawan seperjuangan gue menghadapi situasi chaos seperti itu, hati gue ikut chaos. Atas nama mahasiswa Indonesia, darah gue, darah kalian, darah juang kita, adalah sama. Demi nusa bangsa, berjuanglah kawan. Maafkan daku yang khilaf ini.

Kereta pun melaju kembali.
Meski hati gue masih bergemuruh dengan kejadian tadi, badan gue udah sangat lelah, dan kantuk pun melanda. Gue tertidur. Ketika gue bangun, kereta sedang berhenti. Entah dimana. Imron ternyata masih tidur. Gue liat keluar jendela, dan terlihat tulisan ’STASIUN UNIVERSITAS INDONESIA’. Sial, gue salah jurusan. Ini bukan kereta jurusan bekasi, tapi ke bogor. Gue berusaha tenang. Memori gure kembali berputar. di stasiun ini juga serpihan hati gue masih tersisa. Setahun yang lalu, gue pernah kesini dalam rangka menghadiri Konferensi Nasional Mahasiswa Ilmu Administrasi Negara 2011. Acara yang diselenggarakan oleh FORBI FISIP UI tersebut dihadiri mahasiswa jurusan administrasi Negara dari berbagai perguruan tinggi se nusantara. Ilmu baru, pengetahuan baru, dan juga kawan-kawan baru gue dapat dari event tersebut. Irham dari UMM, Heri dari Unsri, Gema dari UI, Widi dari Unsoed, Teguh dari Untad, Wildan dari STISIP, dan banyak lagi. Ah, kangen juga gue sama mereka.

Imron kemudian terbangun juga. “dimana ini di?”
“udah tidur lagi aja, jalan-jalan dulu kita ke bogor.”
“hah, bogor?”
“Iya”
“salah kereta ya, tadi kan katanya jurusan bekasi, gimana sih?”
“iya, gue juga gak ngerti. Salah kali tuh operatornya, apa kita yang salah denger?”
“trus gimana?”
“tar balik lagi aja dari bogor ke mangggara, dari manggarai ke bekasi.”
“cape banget nih gue, kapan nyampenya, udah jam setengah 6.”
“udah tidur lagi aja lu, kalo nyampe gue bangunin”
Kita pun terus meluncur terbawa arus deras gerbong commuter line yang melaju cepat menyusuri rel yang seakan tak berujung. Lembayung senja tergores  indah di ufuk barat. Dari jendela dibelakang gue terlihat sunset yang begitu cantik. Dengan foreground atap-atap pemukiman penduduk dan dipadu dengan  awan cumulus menggumpal di kanan kirinya. Gue terpana takjub. Pengen banget gue ngabadiin moment ini. kalo aja gue punya kamera. Itu adalah sunset terindahyang pernah gue liat setelah sunset di pulomanuk. 
  Jam 6 kurang sepuluh menit kita sampai di stasiun bogor. Setelah turun dari kereta menyesatkan tersebut, kita langsung naik kereta yang mau berangkat ke kota tanpa membeli tiket dulu. Itu tindakan illegal. Tapi gue punya alasan kalo nanti ketauan sama kondektur. Bilang aja kalo kita salah naik kereta karena operator yang error. Kasih dah tuh tiket kampong bandan-bekasi. Beres!. Dan benar saja, dua orang kondektur wanita nan seksi meemeriksa dan meminta tiket pada penumpang. Gue liat muka imron yang cemas. “gimana nih di??” gue bilang sama dia: “kasih aja tiketnya yang tadi.” Kemudian kondektur cantik meminta tiket sama gue, gue langsung nunjuk imron yang duduk berseberangan dengan gue. dia ngasih tiket, si mbak kondektur keliatan terheran-heran, dan kemudian mengerti apa yang terjadi. Dan dia bilang: “nanti turun aja di manggarai, dari situ ada yang ke bekasi” “iya mbak” jawab imron. Perjalanan kali ini terasa asangat lama. Gue terus menghitung dan mendikte stasiun demi stasiun yang kita lewati. Membosankan. Ditambah keadaan diluar yang udah gelap, gak bisa liat pemandangan selain yang ada di dalam kereta.
Singkat cerita, sampailah kita di manggarai. Kira-kira jam 7an. Kita menunggu kedatangan kereta jurusan bekasi. Dan nggak lama kemudian datanglah kereta yang kami tunggu-tunggu. Tapi lagi-lagi kami nggak kebagian tempat duduk. Terpaksa berdiri. Dalam perjalanan, gue terus memperhatikan satu demi satu penumpang dalam kereta tersebut. Ada bapak-bapak ber jas lengkap dengan dasinya yang lagi tidur dengan earphone menempel dikuping, mbak-mbak berpakaian layaknya sekretaris yang lagi baca novel sambil mengunyah permen karet, ibu-ibu karir berdandan rapi sedang memainkan blackberry nya, mas-mas kantoran yang serius dengan korannya, ada juga mas-mas  yang lagi asik menggeser-geser layar Ipadnya,  dan banyak lagi.
Melihat hal itu gue jadi serasa lagi di Paris, atau di London. Ini sama-sekali berbeda dengan kondisi Ibukota seperti biasanya gue liat. Rata-rata dari mereka nampaknya adalah orang-orang yang baru pulang dari kantornya. Atau apapun pekerjaannya yang pasti mereka punya kesibukan dan karir yang bagus. Dilihat dari gaya berpakaian dan gadget yang mereka punya, jelas mereka termasuk kategori orang-orang ekonomi menengah keatas. Ini menandakan kereta api merupakan sarana transportasi masal yang tidak hanya diminati oleh kalangan menengah kebawah, tapi juga mereka yang berkantong tebal. Padahal mereka bisa saja memakai kendaraan pribadi menuju kantornya, namun  Efektifitas dan efisiensi pun nampaknya menjadi alasan tersendiri bagi mereka dalam memilih moda transportasi.  Kemacetan menjadi momok mengerikan yang membayangi jalanan ibu kota. Dengan adanya transportasi yang terbilang murah dan cepat seperti kereta api khususnya commuter line diharapkan akan dapat mengurai kemacetan di jalan raya. Tentunya dengan pelayanan dan kenyamanan juga keamanan yang harus terus ditingkatkan lagi. 

1 komentar:

please your comment here