Sarana Transportasi umum
terutama transportasi jalur darat di kota besar seperti Jakarta dan sekitarnya
masih menuai banyak masalah dan kontroversi. Dari mulai armada yang kurang
layak pakai, sarana jalan raya yang masih banyak kerusakan, kemacetan yang
masih sulit diurai, sampai pada masalah moral dan pelecehan dalam angkutan
umum.
Namun ada pula transportasi
masal yang memiliki pelayanan yang baik seperti kereta api yang dikelola oleh
PT Kereta Api Indonesia. Salah satunya dengan program commuter line untuk rute
Jabodetabek. Dengan rute tersebut penumpang
kereta api dapat bepergian dengan menggunakan kereta api dengan tempat duduk
yang nyaman, full AC, gerbong khusus wanita, serta akses yang terbilang cepat.
Ada pengalaman unik gue
dengan commuter line tersebut.
Ceritanya tanggal 27 maret
kemarin gue diajak temen gue imron, buat nemenin dia beli laptop di harco mangga
dua. Sebetulnya hari itu rencananya mahasiswa akan mengadakan demo
besar-besaran untuk memprotes kebijakan pemerintah yang berencana akan menaikan
harga BBM di Jakarta khususnya Istana Negara. Gue sama imron juga sebenernya
diajak kawan-kawan lain demo, tapi kita berpendapat bahwa udah nggak jaman lagi
ikut begituan. Lagian demonstrasi seperti itu biasanya berujung
dengan bentrok dan anarkisme mahasiswa yang notabene insan intelektual.
Nggak substansial. Memang sih, untuk dapat didengar pemerintah, aspirasi dan
tuntutan masyarakat kadang mesti dilakukan dengan cara yang lebih keras.
Pemerintah sekarang juga terkesan terlalu “kotor” dalam menjalankan roda
pemerintahan. Banyak terdapat politisasi dan kepentingan kelompok yang
terselubung yang terdapat dalam setiap kebijakan. Gue bukannya nggak setuju
dengan apa yang dilakukan kawan-kawan mahasiswa dan seluruh elemen masyarakat dalam
aksi penolakan kenaikan harga BBM tersebut, hanya saja gue kurang simpatik jika
aksi tersebut berakhir dengan anarkis.
Singkat cerita berangkatlah
kita dari kosan gue menuju stasiun bekasi dengan menggunakan motor imron.
Setelah menyimpan motor di tempat penitipan motor deket stasiun kita langsung
membeli tiket jurusan bekasi- jakarta kota. Kebetulan udah ada kereta jurusan
kota yang datang dan menunggu keberangkatan. Kita pun masuk. Ternyata kita udah
keabisan tempat duduk. Tapi berdiripun gak jadi masalah. Gue berdiri di depan
pintu bersandar di tiang kursi. dan gak lama kemudian kereta pun melaju.
Setelah sekian lamanya kita berdiri akhirnya dapet juga tempat duduk setelah
melewati stasiun manggarai. Ngga lama kemudian sampailah kita di stasiun kota.
Dari kota selanjutnya kita menuju Harco mangga dua dengan menaiki angkot.
Setelah muter-muter harco
selama setengah jam, kita pun memutuskan untuk membeli laptop di toko GMT dan
imron menjatuhkan pilihannya pada Zyrex S500 warna merah. Setelah menunggu instalasi
selama 1 setengah jam kita pun pulang. Dari harco kita jalan kaki ke stasiun
kampong bandan. Kemudian setelah membeli teket untuk jurusan bekasi, kita
menunggu kedatangan kereta.
Selagi kita menunggu kereta
yang menuju bekasi, datang bapak-bapak berkumis yang duduk di samping imron.
Kemudian dia bertanya: “mau kemana dek?”
“Ke bekasi pak” jawab imron.
“oh, iya ada sih tunggu aja”
“lama gak pak kira-kira?”
Tanya imron
“lumayan sih, tapi kalo
pengen cepet ke kota aja, jam segini biasanya udah ada tuh jurusan bekasi.
Biasanya di jalur 10”
Kebetulan ada kereta jurusan
kota yang lagi stand di stasiun kampong bandan.
“berarti naik dulu yang itu
dong pak?” tanya imron sambil nunjuk kereta jurusan kota.
“iya, naik aja. ke kota
dulu.” Kata bapak itu
“yaudah pak, makasih. Ayo di
ke kota dulu aja” imron ngajak gue.
“ngga nunggu disini aja?”
“lama di, mendingan ke kota,
cepet.”
Berangkatlah kita ke kota.
Sesampainya di stasiun kota,
kita denger suara operator: “di jalur sepuluh, akan diberaangkatkan commuter
line jurusan bekasi. “
Gue sama imron langsung lari
menuju jalur 10 tempat kereta jurusan bekasi ngetem. Kitapun msuk, ketika
melewati gerbong khusus wanita, imron langsung duduk di kursi yang masih
kosong. “disini aja di, kosong.” Kata imron ngasih tempat ke gue.
“dodol, ini khusus cewek!”
kata gue.
“oh masa sih di?”
“baca tuh” kata gue sambil
nujuk tulisan di atas jendela kereta. ‘KERETA KHUSUS WANITA’
“eh,iya ya” sambil bangun
dari duduknya.
Gue jadi inget waktu dulu. Gue
juga pernah ngalamin hal yang persis dialami imron. Sekitar setahun yang lalu
di stasiun ini juga. Malu banget rasanya. Diliatin ibu-ibu, mbak-mbak sama
neng-neng. Dengan tatapan ‘ngapain lu disini’. huffh.
Kita pu nyari tempat duduk di
gerbong lain, Alhamdulilah masih kebagian tempat duduk. Nggak lama kemudian
kereta pun berangkat. Waktu udah nunjukin jam setengah 5 sore.
Ketika di gambir, kereta
melambat karena akan berhenti di stasiun
gambir. Dan ketika kereta berhenti gue liat melalui jedela yang ada di hadapan
gue, di jalanan massa bentrok dengan polisi. Mahasiswa yang terdiri dari
berbagai perguruan tinggi dengan bendera organ intra dan ekstra kampus
berhadapan dengan polisi anti huru-hara bersenjatakan tameng dan pentungan
serta senjata api. sesekali menembakan gas airmata. Ledakan keras beberapa kali
menggelegar membelah kota. Asap putih tebal menggumpal dan merebak dijalanan.
Mahasiswa lari tunggang-langgang menyelamatkan diri dari kejaran polisi dan gas
airmata. Gue liat ada mahasiswa yang terluka. Gue merinding, Darah gue mendidih!, gak tega
gue ngeliat kawan-kawan seperjuangan gue berjibaku dengan aparat polisi yang
semena-mena. Gue seakan ada disana, gue bisa merasakan apa yang mereka rasakan.
Kenangan dua tahun lalu kala aksi di depan Istana Negara mengkritisi
pemerintahan SBY-Boediono pada peringatan setahun rezim itu berkuasa, kembali
menyeruak diruang pikiran gue. Sejatinya, meskipun gue kurang setuju dengan
aksi anarkis tersebut, namun tatkala melihat kawan-kawan seperjuangan gue
menghadapi situasi chaos seperti itu, hati gue ikut chaos. Atas nama mahasiswa
Indonesia, darah gue, darah kalian, darah juang kita, adalah sama. Demi nusa
bangsa, berjuanglah kawan. Maafkan daku yang khilaf ini.
Kereta pun melaju kembali.
Meski hati gue masih
bergemuruh dengan kejadian tadi, badan gue udah sangat lelah, dan kantuk pun
melanda. Gue tertidur. Ketika gue bangun, kereta sedang berhenti. Entah dimana.
Imron ternyata masih tidur. Gue liat keluar jendela, dan terlihat tulisan
’STASIUN UNIVERSITAS INDONESIA’. Sial, gue salah jurusan. Ini bukan kereta
jurusan bekasi, tapi ke bogor. Gue berusaha tenang. Memori gure kembali
berputar. di stasiun ini juga serpihan hati gue masih tersisa. Setahun yang
lalu, gue pernah kesini dalam rangka menghadiri Konferensi Nasional Mahasiswa
Ilmu Administrasi Negara 2011. Acara yang diselenggarakan oleh FORBI FISIP UI
tersebut dihadiri mahasiswa jurusan administrasi Negara dari berbagai perguruan
tinggi se nusantara. Ilmu baru, pengetahuan baru, dan juga kawan-kawan baru gue
dapat dari event tersebut. Irham dari UMM, Heri dari Unsri, Gema dari UI, Widi dari Unsoed, Teguh
dari Untad, Wildan dari STISIP, dan banyak lagi. Ah, kangen juga gue sama
mereka.
Imron kemudian terbangun
juga. “dimana ini di?”
“udah tidur lagi aja,
jalan-jalan dulu kita ke bogor.”
“hah, bogor?”
“Iya”
“salah kereta ya, tadi kan
katanya jurusan bekasi, gimana sih?”
“iya, gue juga gak ngerti.
Salah kali tuh operatornya, apa kita yang salah denger?”
“trus gimana?”
“tar balik lagi aja dari
bogor ke mangggara, dari manggarai ke bekasi.”
“cape banget nih gue, kapan
nyampenya, udah jam setengah 6.”
“udah tidur lagi aja lu, kalo
nyampe gue bangunin”
Kita pun terus meluncur
terbawa arus deras gerbong commuter line yang melaju cepat menyusuri rel yang
seakan tak berujung. Lembayung senja tergores
indah di ufuk barat. Dari jendela dibelakang gue terlihat sunset yang
begitu cantik. Dengan foreground atap-atap pemukiman penduduk dan dipadu
dengan awan cumulus menggumpal di kanan
kirinya. Gue terpana takjub. Pengen banget gue ngabadiin moment ini. kalo aja
gue punya kamera. Itu adalah sunset terindahyang pernah gue liat setelah sunset
di pulomanuk.
Jam 6 kurang sepuluh
menit kita sampai di stasiun bogor. Setelah turun dari kereta menyesatkan
tersebut, kita langsung naik kereta yang mau berangkat ke kota tanpa membeli
tiket dulu. Itu tindakan illegal. Tapi gue punya alasan kalo nanti ketauan sama
kondektur. Bilang aja kalo kita salah naik kereta karena operator yang error.
Kasih dah tuh tiket kampong bandan-bekasi. Beres!. Dan benar saja, dua orang
kondektur wanita nan seksi meemeriksa dan meminta tiket pada penumpang. Gue
liat muka imron yang cemas. “gimana nih di??” gue bilang sama dia: “kasih aja
tiketnya yang tadi.” Kemudian kondektur cantik meminta tiket sama gue, gue
langsung nunjuk imron yang duduk berseberangan dengan gue. dia ngasih tiket, si
mbak kondektur keliatan terheran-heran, dan kemudian mengerti apa yang terjadi.
Dan dia bilang: “nanti turun aja di manggarai, dari situ ada yang ke bekasi”
“iya mbak” jawab imron. Perjalanan kali ini terasa asangat lama. Gue terus
menghitung dan mendikte stasiun demi stasiun yang kita lewati. Membosankan. Ditambah
keadaan diluar yang udah gelap, gak bisa liat pemandangan selain yang ada di
dalam kereta.
Singkat cerita, sampailah
kita di manggarai. Kira-kira jam 7an. Kita menunggu kedatangan kereta jurusan
bekasi. Dan nggak lama kemudian datanglah kereta yang kami tunggu-tunggu. Tapi
lagi-lagi kami nggak kebagian tempat duduk. Terpaksa berdiri. Dalam perjalanan,
gue terus memperhatikan satu demi satu penumpang dalam kereta tersebut. Ada
bapak-bapak ber jas lengkap dengan dasinya yang lagi tidur dengan earphone
menempel dikuping, mbak-mbak berpakaian layaknya sekretaris yang lagi baca
novel sambil mengunyah permen karet, ibu-ibu karir berdandan rapi sedang memainkan
blackberry nya, mas-mas kantoran yang serius dengan korannya, ada juga
mas-mas yang lagi asik menggeser-geser
layar Ipadnya, dan banyak lagi.
Melihat hal itu gue jadi
serasa lagi di Paris, atau di London. Ini sama-sekali berbeda dengan kondisi
Ibukota seperti biasanya gue liat. Rata-rata dari mereka nampaknya adalah
orang-orang yang baru pulang dari kantornya. Atau apapun pekerjaannya yang
pasti mereka punya kesibukan dan karir yang bagus. Dilihat dari gaya berpakaian
dan gadget yang mereka punya, jelas mereka termasuk kategori orang-orang
ekonomi menengah keatas. Ini menandakan kereta api merupakan sarana
transportasi masal yang tidak hanya diminati oleh kalangan menengah kebawah,
tapi juga mereka yang berkantong tebal. Padahal mereka bisa saja memakai
kendaraan pribadi menuju kantornya, namun Efektifitas dan efisiensi pun nampaknya
menjadi alasan tersendiri bagi mereka dalam memilih moda transportasi. Kemacetan menjadi momok mengerikan yang
membayangi jalanan ibu kota. Dengan adanya transportasi yang terbilang murah
dan cepat seperti kereta api khususnya commuter line diharapkan akan dapat
mengurai kemacetan di jalan raya. Tentunya dengan pelayanan dan kenyamanan juga
keamanan yang harus terus ditingkatkan lagi.
seru juga ya cerita perjalanannya naik Commuter.
BalasHapusAkademi Telkom Jakarta