Malam itu, gue lagi maen ke kosan
temen-temen gue. kosan itu terletak di jalan prambanan, perumahan bumi bekasi
baru. Sebuah bangunan ruko dua lantai. Lantai pertama dipake buat tempat usaha,
dan lantai kedua sebagai kontrakan. Di lantai itulah tempat kosan bocah-bocah
itu. Ada dua kamar yang dihuni sama temen-temen gue dari berbagai fakultas tapi
tetep satu kampus dengan gue.
Kebetulan pada saat itu Rian, temen gue
satu fakutas lagi pengen ngobrol sama gue. dan seperti biasa kita menuju ke
lantai tiga. sebuah lantai terbuka yang biasa dipakai buat jemur pakaian. Gak
ada siapa-siapa disitu. Biasanya ada mas-mas tukang bangunan juga yang lagi
ngadem disini. Diatas sini udaranya memang lumayan segar. Angin bertiup
sepoi-sepoi, bulan yang hampir purnama menemani kami dimalam keren itu. Bintang
bertebaran menghiasi langit malam kota Bekasi. Sesekali gemuruh mesin jet
terdengar di kejauhan dengan Kerlipan
lampu pesawat yang melesat diatas sana. Secangkir kopi susu dan sebungkus
kacang kulit setia temani kita.
Kami pun mengobrol kesana kemari. Mencoba
menemukan arti dari kepingan kejadian yang kami alami. Mencari jawaban atas
pertanyaan yang ada dalam hati. Maka timbulah percakapan yang konyol, sok
pinter dan seadanya dari mulut kita berdua.
Gue berbaring diatas karpet yang kita bawa
dari kamar. Dengan terlentang menatap hitamnya langit dan taburan bintang
kemerlap. Terlantunlah syair indah..
‘Hamparan
langit maha sempurna
bertahta
bintang-bintang angkasa
namun
satu bintang yang berpijar
teruntai
turun menyapa aku..’
Rian:
di, menurut lu..apa yang membuat seorang cowo harus memutuskan untuk mencintai
seorang cewe?, menjatuhkan cintanya pada sebuah hati?
Gue:
haha, tumben lu nanya kaya gitu?, falling in love nih??
Rian:
yey, gue pengen nanya aja. Menurut lu gimana?