Sebenernya gue bingung harus mulai dari
mana.
Langsung aja. Hari selasa malam, tanggal 7
Agustus kira-kira jam 9 temen gue Riana
ngasih tau ada kabar duka. Pak wahyu, dosen FISIP Unisma, telah meninggal
dunia. Mendengar kabar itu, Gue langsung lemes. Secepat itu Allah memanggil
orang yang selama ini dikenal baik oleh mahasiswa FISIP khususnya Administrasi Negara. Beliau
merupakan tempat curahan hati anak-anak Himpunan Mahasiswa Administrasi Negara
(HIMAWAN), jika kita sedang dalam masalah. Saran dan nasehat serta arahan beliau
sangat banyak membantu dalam kemajuan organisasi kami. Beliau juga dapat
dikatakan Kajur kedua di AN. Beliau selalu mendukung dan mengapresiasi
kegiatan-kegiatan HIMAWAN. Bahkan yang tidak mendapatkan dukungan dari kajur
kami.
Selama hidupnya ternyata beliau terus berjuang
melawan penyakit yang dideritanya selama ini. seorang aktivis yang vocal semasa
kuliahnya. Tak hiraukan seberapa parah penyakitnya, beliau berhasil
meyelesaikan studi S2 nya di UI. Dengan ilmunya beliau tak sungkan-sungkan
untuk berbagi. Dengan kecerdasannya beliau merupakan sosok yang rendah hati dan
bijaksana. Seorang pribadi yang sederhana dan bersahaja.
Segera gue berkoordinasi dengan kawan-kawan
FISIP untuk melayat kerumah duka. Keesokan harinya berangkatlah kami dari
kampus. Kawan-kawan konvoi dengan motor sedangkan gue ikut di mobil bersama
mbak Nurul, mbak wilda dan septi. Karena jenazah sudah akan dikebumikan, kita nggak
sempat ke rumah duka dan langsung ke TPU. Disana gue masih sempat melihat
meliau untuk yang terakhir kalinya. Gak kuasa menahan rasa duka yang mendalam
saat jenazahnya dikebumikan. Gue sapu bulir air mata yang menggelayut di ujung
mata.
Masih teringat jelas dalam ingatan,
pertanyaan terakhir beliau beberapa waktu lalu: “adi, kapan skripsi?” gue Cuma
jawab: “insya Allah secepatnya Pak”. Tapi sampai sekarang gue masih membiarkan
file BAB I gue teronggok di pojokan folder skripsi gue, tak tersentuh. Mungkin
udah dipenuhi jaring laba-laba.
Selama ini dari sekian banyaknya
orang-orang yang menyemangati, mendukung, mendorong, memotivasi, ataupun
sekedar menanyakan, gak ada satu pun yang membuat gue bergeming. Gue akan
selalu nyalahin otak gue yang belum mau diajak jalan, atau bayang-bayang masa
lalu yang menghambat gue.
Sekarang gak ada lagi alasan. Gue nggak mau
lagi kehilangan orang-orang baik yang gue kenal sebelum gue bisa menunjukan
kepada mereka kesuksesan gue. minimal kesuksesan kecil gue yang bernama
‘Skripsi’.
Selamat jalan Pak, semoga engkau dan jasa baikmu diterima disisi-Nya, Amiin..
0 komentar:
Posting Komentar
please your comment here