Rabu, 21 Maret 2012

Keberhasilan-keberhasilan yang Tertunda

Gue nulis postingan ini Gue waktu lagi di kampung halaman. Liburan udah selesai. Tapi gue udah nggak ada kuliah lagi, jadi gue putusin untuk istirahat dulu, sambil refresh otak, pikiran dan hati. Setelah kegagalan demi kegagalan yang gue alami beberapa waktu yang lalu di perantauan, gue emang jadi stress. Kegagalan apa aja yang gue alami, berikut kisahnya..
Diawali dengan gagalnya proses skripsi gue karena obyek penelitian yang akan gue teliti yaitu Dinas Tata Ruang Kota Bekasi ternyata telah berganti nama menjadi Dinas Tata Kota, struktur, serta tugas pokok dan fungsinya pun berubah. Hal itu berimbas pada hilangnya focus kajian dan penelitian gue dalam instansi tersebut yaitu Bidang Pelaksanaan Ruang Terbuka Hijau. Akhirnya gue harus kehilangan judul skripsi tersebut. Tapi gue belum bisa berpindah kelain judul.
Kemudian kegagalan gue yang kedua yaitu gagal dalam mempertahankan hubungan gue dengan seseorang yang sangat gue cintai. Gue putus cinta. Itu akibat kesalahan gue yang gak bisa menjaganya dengan baik, gak bisa memberikan kebahagiaan yang didambakan setiap pasangan, serta gak bisa meyakinkan bahwa gue bersungguh-sungguh mencintainya. Dan dialah satu-satunya yang gue sayangi. Mungkin dia terlampau jenuh dengan sikap gue yang terlalu cuek dan kurang perhatian, akhirnya dia berpindah kelain hati, dan memutuskan gue. Gue menggalau, kegalauan yang luar biasa. Hal ini yang belum pernah gue alami sebelumnya. Yang pasti gue udah maafin segala kesalahannya walaupun itu berat. Namun yang lebih berat lagi  ialah memaafkan diri gue sendiri. Mengobati penyesalan gue. Itu yang masih gue coba sampai sekarang.
Selanjutnya kegagalan gue yang ketiga, nilai UAS gue jeblok. Ancur. Gue harus menelan pil pahit untuk yang kedua kalinya di mata kuliah yang sama. Statistic sosial. Padahal mata kuliah ini udah gue ambil di semester tiga, gue dapet nilai E. itu parah. Nilai E sama artinya dengan nggak pernah masuk kuliah, gak pernah bikin tugas, gak pernah ikut UTS dan UAS. Padahal gue ikuti semua prosedur perkuliahan sebagai mana mestinya seperti anak-anak yang lain. mungkin ada human error yang gak disengaja.
Tapi gue berusaha untuk  bisa menerimanya  karena memang gue belum terlalu paham dan gue juga agak sedikit sulit untuk memahami  mata kuliah hitung-hitungan. Akhirnya gue mengulang mata kuliah itu di semester 7. setelah gue mengulang,gue udah lebih paham dan ngerti tentang statistic sosial ini.  hasilnya ada peningkatan sih, tapi tetep aja nggak lulus. Nilai gue D. padahal bocah yang lain yang lebih parah dari gue bahkan ujiannya nyontek, mereka dapet nilai C, B, bahkan ada yang dapet A padahal gak ngerti sama sekali. Dosen gila. belom pernah kemasukan kompor  kayaknya itu dosen. Belum tau dia kalo gue orang banten. semester kemarin adalah peristiwa dimana gue mendapat IPK  terburuk sepanjang sejarah perkuliahan gue.
Kegagalan gue selanjutnya adalah gagal di Mapres. Mahasiswa Berprestasi. Gue didorong untuk ikut serta dalam pemilihan mahasiswa berprestasi oleh kajur gue, pak Muis. kesempatan gue juga untuk mengobati semua kegalauan gue. gue juga pengen berkontribusi dalam mengharumkan nama Jurusan gue yaitu Ilmu Administrasi Negara setidaknya di Fakultas FISIP dengan menjuarai kompetisi tersebut. Selain itu gue rasa inilah saatnya gue bisa memberikan sesuatu yang berharga dan membanggakan untuk  orang tua gue. selama ini gue belum bisa ngasih apa-apa kepada mereka yang susah payah mendidik gue, membesarkan, menyekolahkan sampai ke tingkat perguruan tinggi dan meberikan bekal hidup gue. tapi gue kalah bersaing dengan kawan-kawan gue yang lain. gue harus mengakui kecerdasan Rini anak psikologi, dan kejeniusan Riana anak Ilmu Pemerintahan. Walaupun gue kalah, tapi gue tetap mendapatkan predikat Mapres. Bukan mahasiswa berprestasi, tapi mahasiswa depresi.
Nggak lama setelah itu, gue jatuh sakit. Kesehatan yang merupakan anugerah Tuhan gagal gue pertahankan. Berawal dari sakit tenggorokan, flu, batuk, sakit perut, kepala pusing, dada sesak, pinggang nyeri. Lengkap sudah penderitaan gue. gue udah minum obat yang gue beli dari warung tapi tetep nggak sembuh juga. Kemudian gue coba mencari tahu gejala penyakit yang gue derita. Gue searching di google. Hasilnya gue mendapatkan jawaban yaitu gue menderita PJK alias penyakit jantung koroner!. Gue langsung pasrah. Bahkan kayanya gue pengen bilang; ‘Tuhan, ambil saja nyawaku sekarang, aku rela’. Kenapa gue sampai se yakin itu dengan google, itu karena dulu gue pernah mengalami suatu gejala tertentu, kemudian gue searching di google, kata google gejala ginjal. Dan ketika gue periksa ke dokter, dokter mengatakan hal yang sama. Maka, wajar kalo gue yakin banget dengan jawaban google tersebut. Tapi kemudian gue pikir, gue harus sembuh. Gue nggak boleh nyerah begitu aja. Gue pengen berobat tapi mungkin obatnya bisa mahal banget. Dan gue nggak punya duit. Akhirnya gue memaksakan untuk berobat ke klinik. Setelah diperiksa ternyata dokter bilang gue cuma mengalami sakit maag. Hanya saja kali ini lebih parah dari yang biasa. Dan keputusan gue berobat sangatlah tepat karena kalau gue terlambat sedikit saja, penyakit maag gue bisa naik level ke tingkat kronis. Gak seru. Gue pikir dokter bakalan bilang; ‘waktu kamu tinggal sedikit lagi nak. Hidupmu tidak bisa bertahan lebih dari 48 jam’. Google, I wanna kill you.
Setelah rentetan kegagalan yang gue alami itu, gue jadi ngerasa kalo gue emang bego. Bodoh.  Tolol. Makhluk terbodoh yang pernah Tuhan ciptakan didunia ini. gue bertanya-tanya buat apa Tuhan menciptakan makhluk bodoh macam gue?. seonggok manusia yang nggak berguna bagi orang lain. bahkan bagi dirinya sendiri.
Dengan sisa budget gue bulan kemarin, gue pulang ke kampung gue di Bayah, Banten Selatan. Gue pengen lupain semua mimpi buruk gue. Gue mencoba untuk bangkit, mengumpulkan kembali serpihan tujuan hidup dan harapan gue yang telah hancur, menyusunnya dan menyatukannya kembali menjadii sebuah kesatuan yang utuh. Mencoba menatap masa depan yang gue rasa akan sangat menyilaukan. gue coba hancurkan nada pesimis gue yang udah merasuk hingga kejiwa. Gue bangun lagi optimisme, keyakinan, kepercayaan diri, serta mimpi-mimpi gue.  yeah, live must go on. Jadikan semua itu sebagai suatu pelajaran, ambil hikmahnya untuk bekal hidup dimasa yang akan datang. Biarkan Tuhan menentukan nasib kita, tapi kita juga harus berusaha dan berdoa.

***
Rabu 14 Maret 2012, setelah selesai sholat magrib gue abil hape, udah ada 2 sms yang nunggu gue baca di hape butut kesayangan gue. segera gue buka, yang pertama dari dosen gue, bu Nuri. isinya:
 ‘adi, saya dengar kamu sedang nulis skripsi?, kira2 bisa jadi mentor adik2 kelas? Kalo ya besok  bisa ketemu sy jam 10’.
Yang kedua, bujil: ‘kuya, kapan kkampuz?, ditanyain sm pa muis. Kpn ngajuin jdul skripsi? Bisa ga hr sabtu atw selasa ngadep??’

Tuhan, cobaan apa lagi yang kau berikan padaku???!

0 komentar:

Posting Komentar

please your comment here